Aku menyukai seorang wanita di kelas 94, namanya Khusnul. Entah jin darimana aku bisa mengenalnya lebih akrab. Khusnul itu orangnya baik, sopan, tidak banyak tingkah, walau terkadang menyebalkan. Aku dan Khusnul sering pulang sekolah bersama atau sekadar mengobrol di samping sekolah hingga bel berbunyi. Hari itu aku sangat senang karena tak ada tugas, jadi aku bisa duduk santai atau menjahili teman. Namun sebaliknya dengan si pesek Khusnul, dia kerepotan karena bukunya tinggal, padahal hari ini tugas harus segera dikumpulkan. Kebetulan aku sedang lewat di depan kelasnya, melihat wajahnya penuh kekhawatiran. "kamu kenapa?" tanyaku. "ah, tidak apa-apa" jawabnya. Dari sorot matanya aku tahu bahwa dia sedang khawatir, lantas kutanya pada temannya "kenapa Khusnul, kok sedih banget?", tanyaku. "oh bukunya tinggal, padahal tugasnya dikumpul hari ini" jawab seorang temannya. Aku baru ingat, rasanya aku membawa tugas itu hari ini, aku bergegas menuju kelas dan kucari di dalam tasku ternyata ada dan langsung ku berikan kepada Khusnul. "panggil saja namaku Andre" kataku kepada Khusnul. Khusnul hanya tersenyum.
Esoknya aku pergi sekolah dengan semangat, tak ada keraguan sedikit pun, aku bangun selesai makan, memakai pakaian kebanggaanku "Putih Biru" dan pamit kepada Ibuku. Tetapi ibuku heran dan berkata "Ini kan hari Minggu, Ndre. Kenapa kamu sekolah?". aku hanya tertunduk malu. Siangnya aku bertemu nenek yang ingin menyeberang jalan, nenek itu terlihat lesu dan membawa banyak barang belanjaan. Aku bergegas menghampirinya dan menolongnya. Akhirnya nenek itu pun menyeberang jalan dengan selamat dan aku membawa barang bawaannya. "Terima kasih ya, Cu. Kamu memang anak yang baik" ucap sang nenek. "tenang nek, sebut saja nama Andre dua kali kalau nenek butuh bantuan" jawabku dengan penuh semangat. huh, sungguh hari yang melelahkan.
Langit sudah jingga, waktunya bermain futsal. Kebetulan di sana ada turnamen bola, aku pun ikut. Aku satu tim dengan Aris dan Adit. Banyak sekali orang yang menonton, seperti turnamen saja, pikirku dalam hati. Inilah efek kalau sudah ada jiwa semangat, aku jadi tambah semangat bermain karena ditonton banyak orang. pertandingan pun dimulai, taktik kami sepertinya gagal. Aku tak mendapatkan bola, dan kami kebobolan 2 - 0 di babak pertama. Kami menyusun strategi untuk mengalahkan tim lawan, hasilnya pada babak kedua umpan silang dari Adit mengenai kakiku dan gooooool! penonton pun bersorak. Skor sementara berubah menjadi 2 - 1. Kami kembali bersemangat, umpan terobosan dari kakiku langsung diambil oleh Aris dan dengan sentuhan emasnya dapat menciptakan gol ke dua dengan selang waktu 10 menit. Perlawanan pun semakin sengit, pemain lawan menendang ke gawang kami tetapi untunglah hanya mengenai mistar gawang dan berhasil ditangkap oleh kiper. Bola kembali bergulir di kaki Aris, dia menggiring bola umpan satu dua denganku dan aku pun dijatuhkan pemain lawan di daerah penalti. Ah, rupanya benar, terjadi penalti. Aku bertindak sebagai eksekutor, dengan sentuhan kaki kiriku bola melambung ke sudut kanan atas gawang dan goooool! kedudukan 3 - 2 untuk keunggulan tim kami di sisa 5 menit terakhir.
Dan wasit meniupkan peluit tanda berakhirnya pertandingan dengan kedudukan 3 - 2 untuk tim kami, aku pun berkata pada Aris dan Adit, "kalau butuh bantuan panggil saja Andre tiga kali". Mereka pun tertawa dan kami pulang bersama-sama dengan hati gembira.
No comments:
Post a Comment